Tuesday, March 24, 2009

7 Langkah Menuju Sukses

Saya sering ditanya tentang rahasia sukses. Terlebih kalau memberikan seminar dengan banyak peserta yang masih muda usia. "Pak, saya baru lulus. Sekarang sudah 3 bulan kerja di sebuah perusahaan .Tolong saya diberi nasehat agar bisa lebih sukses di kehidupan saya," begitu sering pertanyaan mereka.

Nah, karenanya saya selalu memikirkan pertanyaan ini. Saya mencoba menyelami pengalaman saya sendiri dan teman-teman lain yang sukses. Sehingga akhirnya saya temukan 7 hal yang menuju sukses. Saran saya ini lebih pas, khususnya untuk mereka yang baru memulai karir.

Pertama, ambillah langkah-langkah sukses dari mulai yang kecil. Buatlah sukses menjadi sebuah kebiasaan. Bila anda seorang salesman, sukseslah menjual dulu. Lalu sukses menjual lebih besar lagi. Lebih besar lagi. Karena biasanya sukses yang besar dimulai dari sukses yang kecil. Dan ini semua akan membentuk kita sebagai pribadi yang sukses.

Kedua, tulislah semua keinginan anda dalam target 1 atau 2 tahun mendatang. Dalam waktu itu anda ingin mencapai apa, tulis 1, 2, 3, 4, 5. Dengan menuliskannya, dan kalau bisa ditempel di tempat yang sering terlihat, maka anda bisa lebih fokus untuk mengejar semua keinginan anda. Semua hal yang akan anda lakukan semua menuju pada keinginan itu.

Ketiga, punyailah sebuah figur pahlawan yang anggap anda hebat. Seseorang yang mempunyai prestasi, kesuksesan atau mempunyai sebuah kehebatan. Cobalah pelajari kehidupannya. Entah itu kebiasaannya, kesukaannya, kegiatannya dan lainnya. Dengan mempunyai figur pahlawan itu, anda secara tidak sadar akan meniru apa yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan tersebut.

Keempat, realistiklah! Walau kita mempunyai mimpi besar, tetaplah untuk lebih realistik. Kadang kita akan mengalami sandungan ataupun kesulitan. Namun dengan realistik ini, kita tetap konsisten mengejar impian itu.

Kelima, temukanlah guru-guru bagi anda. Temukanlah mereka dalam pergaulan, di rumah, di pekerjaan atau di mana saja. Entah itu senior anda, bos anda atau orang yang anda kenal di sebuah pertemuan. Mintalah pelajaran darinya. Kalau kita memintanya secara baik, pasti dia akan menolong menjadi mentor anda yang baik secara langsung atau tidak.

Keenam, berpikirlah secara positif. Jangan mudah untuk selalu berpikir negatif dan berkata, "Wah, ini sulit. Pasti tidak bisa." Berpikir positif ini selalu membawa dampak yang jauh lebih baik dalam kehidupan kesuksesan anda daripada berpikir negatif.

Terakhir ketujuh, lakukanlah 'benchmarking'. Cobalah untuk membandingkan diri anda dengan orang lain. Kalau anda punya teman dalam jenis pekerjaan yang sama, cobalah untuk saling membandingkan. Misal: berapa lama waktu yang dihabiskan untuk mendapatkan klien besar. Berapa sering anda mengikuti pelatihan dalam sebulan dan lainnya.

Bila sudah memulai 7 hal di atas, anda sudah mulai menapak menuju kesuksesan anda.

| Tanadi Santoso |
| http://tanadisantoso.com/v50/BusinessWisdom/index.php?act=detail&wid=218 |
Selengkapnya...

8 Kekuatan Keunggulan Diri: Your Power and Yourself

Setiap individu memiliki aset sebagai karunia. Manusia harus sadar akan aset tersebut. Aset tersebut harus digali dan dikembangkan sehingga menjadi keunggulan diri dari pribadi yang memilikinya.

Metode HADEV (Human Assets Development) yaitu metode baru untuk mengetahui, menggali, mengembangkan, dan memanfaatkan potensi terpendam yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan individu dalam kehidupan. Potensi terpendam itu berupa 8 kekuatan keunggulan yang ada pada diri kita:

* Keunggulan Etika

* Keunggulan Emosi

* Keunggulan Integritas

* Keunggulan Motivasi

* Keunggulan Kreativitas

* Keunggulan Intuisi

* Keunggulan Komunikasi

* Keunggulan Kepimpinan

Metode ini memadukan konsep, teori, fakta, dan praktik dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman yang mendalam untuk menggali potensi diri ini dibuat secara sistematis yang terstruktur dan jelas. Di samping itu ada ilustrasi dan kasus yang dapat digunakan agar pembaca lebih mendapatkan gambaran yang konkret dan gamblang. Buku ini diharapkan mampu mengaktualisasikan dan meng-upgrade potensi diri yang sudah dimiliki manusia.

| Sarfilianty Anggiani, SE, MM, MBA |
Selengkapnya...

Bingung Pilih Kerja Atau Kuliah

Pak Mario,
Aku lulusan SMEA dan tinggal di Jakarta. aku bekerja di bidang Telecommunications dan sekarang ini aku sedang tugas di luar kota yaitu di Bandar Lampung. Profesi ini sudah aku jalani selama 2 tahun. Yang ingin aku tanyakan adalah :
1. Aku merasakan ke tidakpuasan dalam pekerjaan ini karena latar belakang background saya bukan di bidang Telecommunications sedangkan kebanyakan orang yg kerja di bidang ini dari lulusan telecommunication. misalnya STT TELKOM, POLTEK dll. Aku bingung apa aku harus terus menjalani atau aku harus berhenti sampai disini.
2. Aku ingin sekali kuliah tapi aku masih bingung tentang bidang apa yang harus aku ambil. Aku ingin kuliah di Bandar Lampung tapi aku takut nanti setelah aku kuliah baru berjalan beberapa bulan aku dipindah tugasnya dikota lainnya.
Aku bingung apa yg harus aku korbankan antara kuliah atau kerja. kalau aku pilih kerja yah aku terus dengan bayang-bayang ini. dan kalupun aku memilih kuliah ( berhenti kerja ) aku pun bingung dengan biaya kuliah ku nantinya.Apa yang harus aku lakukan ?

Terima kasih

Agus, Jakarta


Mario Teguh menjawab:

Pak Agus yang baik,

Apakah perasaan Anda, bila Anda harus menjawab tiga pertanyaan berikut ini dengan jujur?.

Apakah yang sedang Anda lakukan adalah pekerjaan yang Anda inginkan?.
Bila bukan, apakah yang sedang Anda upayakan agar Anda bisa melakukan yang ingin Anda lakukan?.

Apakah yang Anda miliki adalah yang Anda inginkan?
Bila bukan, apakah yang sedang Anda kerjakan saat ini akan memungkinkan Anda mendapatkan yang Anda inginkan?

Apakah yang sedang Anda upayakan akan memungkinkan Anda mencapai yang Anda cita-citakan?.
Bila tidak, apakah yang akan Anda upayakan untuk memperbesar kesempatan Anda mencapai cita-cita Anda?.

Sebetulnya, banyak orang akan lebih diuntungkan oleh kesedihan, daripada oleh kegembiraan dalam menjawab ketiga pertanyaan di atas.

Mohon Anda sadari bahwa, bila keinginan Anda tidak menyiksa Anda, tidak menjadikan Anda bersedih melihat kelemahan-kelemahan diri, dan tidak membuat Anda tercemoohkan dihadapan kecemerlangan orang lain; maka itu bukanlah keinginan.

Anda harus bersedia membayar biaya bagi pencapaian keinginan-keinginan Anda, Anda bisa menjadi apapun yang Anda inginkan, bila Anda bersedia melakukan apa pun yang diperlukan untuk menjadi yang Anda inginkan.

Karenanya pastikanlah bahwa pilihan Anda, nantinya akan mengantarkan Anda menuju kepada sesuatu yang besar.

Begitu dulu ya, Pak Agus. Tetaplah bersemangat.


Salam Super,
Mario Teguh

| http://www.mtsrw.com/what+is+my+future/bingung+pilih+kerja+atau+kuliah.mtsrw |
Selengkapnya...

Tanggungjawab pada Pemimpin

Suatu hari di musim dingin, di teras sebuah gedung, seorang pelayan hampir beku kedinginan. Ia sedang menunggu tuannya —seorang bangsawan dan pemimpin sebuah organisasi— yang sedang mengikuti sebuah pertemuan. Meski dalam keadaan menggigil dan hampir tak kuat menahan dingin, sang pelayan berusaha mendekap kuat sandal tuannya di dada. Ia ingin agar sandal itu hangat dan nyaman saat dipakai tuannya. Ketika sang tuan melihat pengabdian pelayannya itu, ia sangat terharu dan berterimakasih dengan menaikkan jabatan si pelayan.

Sang pelayan adalah seorang laki-laki kurus kering, berbadan pendek, dengan kulit keriput, daun telinga besar, dan mata yang dalam. Orang-orang di sekitarnya menjulukinya ”Monyet.” Meski penampilannya tidak menarik dan tidak berpendidikan, ia sangat mengandi kepada tuannya.

”Aku selalu melaksanakan tugasku dengan sebaik-baiknya. Apa pun pekerjaan yang ditugaskan oleh pemimpinku -- tidak peduli seberapa remeh -- aku selalu memberikan yang terbaik,” demikian ucapnya. Tugas demi tugas dijalaninya dengan penuh dedikasi, hingga sulit dipercaya, sang pelayan rendahan itu di kemudian hari menjadi seorang penguasa Jepang (shogun). Dialah Toyotomi Hideyoshi, yang hampir di sepanjang kariernya mengabdi kepada Lord Nobunaga. Shogun Hideyoshi adalah pemimpin yang sangat luar biasa dalam sejarah Jepang. Ia lahir tahun 1536 dari sebuah keluarga petani miskin di Nagoya.

Saat itu adalah puncak masa kekacauan Jepang, masa ketika kemampuan bertarung manjadi satu-satunya syarat untuk berkarier di dunia militer. Toh, meski tanpa kemampuan bela diri, ia melesat menjadi pemimpin tertinggi negeri sekaligus berhasil menyatukan Jepang. Ia menjadi satu-satunya penguasa feodal yang naik ke puncak kekuasaan bukan karena silsilah.
Melihat latar belakangnya, sepertinya mustahil bagi Hideyoshi untuk naik ke puncak kekuasan. Namun pengabdian dan tanggungjawab pada pimpinannya membuat ia menjadi seorang yang sukses menaiki tangga kepemimpinan. ”Daripada mencari kesempurnaan diri sendiri, aku mengabdikan diri setiap hari pada pimpinanku,” demikian prinsipnya.

Kisah tersebut mengingatkan akan pengabdian seorang pemuda yang menggantikan pimpinan yang nyawanya sedang di ujung tanduk. Rumahnya sudah dikepung oleh sekelompok orang bertombak dan berpedang tajam. Sang pemimpin meminta pemuda belia itu untuk tidur di tempat tidurnya untuk mengecoh pengepung. “Tidurlah di tempat tidurku, dan pakailah mantel hadramiku!” kata lelaki itu sebelum meninggalkan rumah tersebut menuju sebuah tempat yang cukup jauh.

Meski suasana saat itu cukup mencekam, pemuda itu mengangguk taat, tak tampak rasa gentar di guratan wajahnya. Ia kenakan mantel hadrami berwarna hijau itu, kemudian berbaring dengan tenang di tempat tidur pemimpinnya. Ia melakukan tugasnya dengan penuh rasa tanggungjawab, meski di luar rumah seratus pedang terhunus siap menumpahkan darahnya. Pemuda tesebut adalah Ali bin Ali Thalib yang sangat menyintai pemimpinnya, Rasulullah saw. Di kemudian hari, Ali bin Abi Thalib menjadi Khalifah yang melanjutkan kepemimpinan Rasulullah saw.

Dedikasi dan tanggungjawab pada pimpinan, menurut Shogun Hideyoshi, merupakan kunci sukses. Menurut dia, pengabdian pada orang lain akan berbalik menguntungkan sang pengabdi sampai ratusan kali lipat. ”Dedikasikan dirimu pada pemimpinmu. Hanya pengikut yang berdedikasi, yang bisa mencapai tampuk kepemimpinan.”

Kisah-kisah di atas memberi inspirasi bahwa ketika seseorang melaksanakan tanggungjawab dan melayani pemimpinnya sepenuh hati, maka itu akan menuntunnya untuk menjadi pemimpin. Hideyoshi dan Ali bi Abi Thalib adalah sebagian kecil yang membuktikan hal itu.

| Ary Ginanjar Agustian |
| http://esqmagazine.com/artikel-detail.php?id=767 |
Selengkapnya...

Orang Terkaya Di Dunia

Siapakah orang terkaya di dunia saat ini? Simak hasil penelitian Forbes!

Menurut majalah Forbes (majalah bisnis dan finansial AS) edisi Maret 2009, orang terkaya di dunia adalah Bill Gates, pendiri Microsoft Corp. Kekayaannya bernilai 40 miliar dollar AS, atau Rp473,6 triliun. Di bawah Gates, ada Warren Buffet (chairman dan chief executive Berkshire Hathaway Inc./37 miliar dollar AS) dan Carlos Slim (konglomerat di bidang telekomunikasi/35 miliar dollar AS).

Tahun lalu, Bill Gates "hanya" menduduki posisi ketiga terkaya di dunia. Namun saat itu, kekayaannya lebih banyak, yakni 58 miliar dollar AS atau Rp686,72 triliun. Artinya, tahun ini jumlah kekayaan Gates menurun. Dan, penurunan jumlah kekayaan juga dialami oleh para "pesaing" Gates. Rata-rata, para miliarder top dunia kehilangan sepertiga kekayaan bersih mereka.

Menurut Steve Forbes, Direktur Eksekutif Majalah Forbes, penurunan kekayaan para miliarder ini tidak bagus untuk perekonomian dunia. "Para miliarder tidak perlu mengkhawatirkan makanan mereka," jelas Steve. "Namun jika kekayaan mereka berkurang dan tidak ada miliarder baru, itu artinya seluruh dunia tidak bekerja dengan baik!"

| Team Andriewongso.com |
| http://www.andriewongso.com/awartikel-2606-AW_Corner-Orang_Terkaya_Di_Dunia |
Selengkapnya...

Silaturahmi, Sebuah Solusi

Menebar kasih sayang terhadap sesama melalui silaturahmi, subhanallah, akan terasa jauh lebih indah, lebih mengesankan, dan luar biasa hasilnya sekiranya kita berusaha sekuat-kuatnya untuk memiliki kemampuan muhasabah (menelisik diri), sehingga lebih mengenali siapa diri kita yang sebenarnya. Artinya, kalaulah kita hendak mengingat-ingat dan mencari-cari aib dan kejelekan, jangan sekali-kali tertuju kepada aib dan kejelekan orang lain karena sungguh teramat terbatas pandangan kita untuk mampu melakukannya.

Kalau mau kita lakukan, ingat-ingat dan selidikilah aib-aib dan kejelekan yang melumuri diri sendiri. Betapa akan kaget bahwa kita yang selama ini begitu gemar menilai orang lain jelek, ternyata diri sendiri malah jauh lebih busuk lagi! Sungguh akan malu sendiri ketika ternyata kita ini tak lebih dari seorang yang hina dan gemar mengumpul-ngumpul dosa dengan mata, tangan, mulut, hati, dan anggota tubuh lainnya.

Seorang ulama seperti Yunus bin `Ubaid saja pernah mengaku, "Sesungguhnya aku menemukan seratus pekerti yang baik, di mana tidak kulihat diriku sendiri memiliki satu pun di antaranya." Atau, seperti pernah dikatakan Muhammad bin Wasi`, "Andaikata dosa itu mempunyai bau, niscaya tak seorang pun yang mau duduk-duduk bersamaku!"

Rahasia Silaturahmi

"Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu" (Q.S. An-Nisaa: 1).

Sahabat, tahukah tentang sesuatu yang paling cepat dapat mendatangkan kebaikan ataupun sebaliknya, membuahkan kejahatan? "Sesuatu yang paling cepat dapat mendatangkan kebaikan," sabda Rasulullah saw., "adalah balasan (pahala) orang yang berbuat kebajikan dan menghubungkan tali silaturahmi, sedangkan yang paling cepat mendatangkan kejahatan ialah balasan (siksaan) orang yang berbuat jahat dan memutuskan hubungan kekeluargaan" (H.R. Ibnu Majah).

Berbicara tentang silaturahmi, kita tidak hanya membatasinya dengan sekadar saling bersalaman menyentuhkan tangan atau permohonan maaf. Akan tetapi, lebih jauh daripada itu kita harus berbicara yang hakiki, yakni tentang suatu kekuatan mental dan kemampuan yang tinggi dari hati manusia. Hal ini sesuai dengan asal kata dari "silaturahmi" itu sendiri, yakni shilat atau washl, yang berarti "menyambungkan" atau "menghimpun" dan ar-rahiim, yang berarti "kasih sayang".

Pengertian "menyambungkan" adalah suatu proses aktif dari sesuatu yang asalnya tidak tersambung. "Menghimpun" biasanya mengandung makna dari sesuatu yang bercerai-berai dan berantakan, menjadi sesuatu yang bersatu dan utuh kembali. Dalam hal ini Rasulullah saw. bersabda, "Yang disebut bersilaturahmi itu bukanlah seseorang yang membalas kunjungan atau pemberian, melainkan bersilaturahmi itu ialah menyambungkan apa yang terputus" (H.R. Bukhari).

Oleh karena itu, adalah teramat penting bagi kita untuk tidak hanya merekayasa gerak-gerik tubuh di dalam bersilaturahmi tersebut, namun haruslah benar-benar bersungguh-sungguh menata hati agar kita mempunyai kekuatan untuk bisa berbuat lebih baik dan lebih bermutu lagi daripada apa yang dilakukan orang terhadap kita.

Kalau orang berkunjung kepada kita dan kita balas mengunjunginya, ini tidak memerlukan kekuatan mental yang tinggi karena bisa jadi hal itu dilakukan karena kita merasa berutang. Akan tetapi, ada orang yang tidak pernah bersilaturahmi kepada kita, lalu dengan sengaja kita kunjungi walaupun harus menempuh jarak yang cukup jauh dan memakan waktu, maka inilah yang disebut silaturahmi. Apalagi kalau ada orang yang membenci kita, lalu kita upayakan untuk menemuinya. Padahal, jelas hak-hak kita pernah terambil atau hati kita sempat terlukai. Di sinilah kekuatan silaturahmi yang sebenarnya.

Pada suatu kesempatan Rasulullah saw. memberikan taushiyah kepada para sahabatnya. "Hendaknya kalian mengharapkan kemuliaan dari Allah," demikian sabdanya. "Apakah yang dimaksud itu, ya Rasulullah?" tanya sahabat. Rasulullah kemudian bersabda lagi, "Yaitu, hendaknya kalian suka menghubungkan tali silaturahmi kepada orang yang telah memutuskan engkau, memberikan sesuatu (hadiah) kepada orang yang tidak pernah memberi sesuatu kepada engkau, dan hendaknya engkau bersabar (jangan lekas marah) kepada orang yang menganggap engkau bodoh" (H.R. Al-Hakim).

Walhasil, betapa pentingnya bagi kita menyambungkan kasih sayang (silaturahmi) itu. Betapa tidak! Dengan kasih sayang yang tersambung kepada makhluk-makhluk Allah, maka insya Allah Dia akan menyayangi kita. Apabila Allah telah menyayangi kita, maka akan dahsyat sekali dampaknya bagi kita karena kita akan menjadi orang yang paling beruntung dunia dan akhirat.

Lihat saja bagimana seperseratus kasih sayang Allah yang dibagi-bagikan kepada bermiliar-miliar makhluk yang ada di dunia ini. Sampai-sampai induk ayam pun membela dan melindungi anak-anaknya. Orang tua kita yang notabene tidak pernah bisa kita balas kebaikannya, tetapi mereka senantiasa berusaha mencukupi kekurangan kita, memenuhi segala kebutuhan kita, membela di kala kita teraniaya, serta melindungi saat kita terancam. Mereka pun dengan sepenuh kasih sayang menuntun agar anak-anaknya tidak tergelincir ke jalan yang salah dan menerangi agar anak-anaknya tidak tersesat walaupun harus bersimbah peluh berkuah darah.

Demikianlah seperseratus kasih sayang Allah yang ditebarkan dan dibagi-bagikan kepada makhluk-makhluk yang ada di bumi ini, sudah sedemikian dahsyatnya. Apalagi Allah yang Mahasempurna dan Mahautuh kasih sayang-Nya. Allah Mahatahu akan segala kebutuhan, harapan, dan keinginan kita. Bahkan Allah pemilik segala apa yang kita inginkan. Allah penentu segala kejadian yang terbaik bagi dunia maupun akhirat kita. Allah tahu persis segala sesuatu yang akan mencelakakan diri kita. Allah pun tahu persis segala sesuatu yang akan membinasakan dunia akhirat kita.

Allah Mahagagah, pelindung yang Mahasempurna. Jikalau Dia berkehendak melindungi seorang makhluk-Nya, tidak ada satu pun yang bisa menganiayanya, kendatipun bergabung seisi alam semesta ini untuk melakukan sesuatu. Begitu pun kalau Allah akan memberi karunia kepada makhluk-Nya, tidak akan pernah terhalangi walaupun seluruh jin dan manusia bergabung untuk menghalanginya. Pendek kata, orang yang dikasih-sayangi oleh Allah, sempurnalah kebahagiaannya. Semua kebutuhan tercukupi, kesulitan akan diberi jalan keluar, bahkan akan dibela dari segala yang mengancamnya dengan pembelaan yang pasti sangat memuaskan.

Kata-kata ini terlalu ringkas untuk bisa menguraikan bagaimana dahsyatnya kasih sayang Allah. Terbukti kendati sampai saat ini berlumur dosa, bergelimang maksiat, dan kurang bersyukur, ternyata Allah toh tetap saja memberikan segalanya. Tubuh dinormalkan, dididik, diberi rezeki, diberi tempat tinggal, dan aib-aib kita pun ditutupi-Nya. Padahal, Allah tidak membutuhkan kita sama sekali. Kendati kita telah berlumur kehinaan dan kemaksiatan, ternyata tidak terhalang kasih sayang-Nya yang senantiasa menanti kita kembali kepada-Nya. Allaahu akbar!

Jadi, silaturahmi yang kita laksanakan benar-benar bukan karena mengharapkan imbalan dari makhluk-makhluk, bukan karena berharap pujian dan penghargaan, juga bukan karena mendambakan mereka agar menyambungkan tali silaturahmi sebagaimana yang telah kita lakukan. Sama sekali bukanlah semua itu yang kita dambakan, melainkan semua ini kita lakukan semata-mata agar kita semakin disayangi oleh Allah Azza wa Jalla! Zat yang Mahaagung, Mahasempurna, Mahahebat, Mahasuci, dan Mahamulia.

Sungguh, Mahabenar Allah dengan firman-Nya, "Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu" (Q.S. An-Nisaa: 1).

| Abdullah Gymnastiar |
| http://www.cybermq.com/kolom/detail/aa-gym/441/silaturahmi-sebuah-solusi |

Selengkapnya...

Abdullah Gymnastiar

Andrie Wongso

Ary Ginanjar Agustian

Mario Teguh

Sarfilianty Anggiani

Sarfilianty Anggiani

Tanadi Santoso

 

Copyright © 2009 by Tips Hidup Sukses